Alamat

Jl. Jaksa Agung Suprapto No 76 Lamongan 62215, Tlp 0322-322834, 08885035624, 08123082211 (Hunting), Fax. 0322-314048

25 Agu 2014

Neuropati Diabetik, Salah Satu Komplikasi Penyakit Diabetes

Dilihat:

Seorang dengan penyakit Diabetes Mellitus (DM) memang rawan mengalami komplikasi. Termasuk komplikasi pada saraf atau gangguan pada saraf akibat DM. Gangguan saraf pada penderita DM ini disebut dengan neuropati diabetika. Gangguan saraf pada penderita diabetes ini terjadi akibat kerusakan mikrovaskuler yang disebabkan oleh diabetes yang meliputi pembuluh darah yang kecil-kecil yang memperdarahi syaraf(vasa nervorum).
Neuropati Diabetika_wikipediaDokter Spesialis Saraf Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, dr Ani Rusnani Fibriani, SpS menjelaskan, neuropati diabetika adalah suatu gangguan pada syaraf perifer, otonom dan saraf cranial yang ada hubungannya dengan DM. Penyebab neuropati pada diabetes belum diketahui secara pasti. Beberapa dugaan muncul kerusakan saraf ini adalah suatu proses yang multifaktorial. Teori yang muncul mengatakan, hiperglikemia menyebabkan kadar glukosa intraseluler yang meningkat, sehingga terjadi kejenuhan(saturation) dari jalur glikolitik yang biasa digunakan (normal usedglycolitic pathway). Teori berikutnya adalahneurovaskuler/vaskuler (iskemik-hipoxik), menurut teori ini, maka terjadi iskemia endoneuralkarena meningginya resistensi endoneural-vaskuler terhadap darah yang hiperglikemik. “Dan masih ada beberapa teori lainnya, yang mendasari penyebab munculnya kerusakan saraf pada penderita diabetes,” katanya dalam sebuah Gathering DM di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, pekan lalu.
Dikatakannya, neuropati diabetika biasanya dimulai sebagai suatu disfungsi umum serabut saraf perifer yang asimptomatik. Biasanya disfungsi ini yang paling sering ditemukan adalah kecepatan hantar saraf yang abnormal atau penurunan respons denyut jantung terhadap nafas dalam atau terhadap tes valsava. Gejala yang sering muncul pada kondisi ini antara lain, mulai dari anggota bawah  akan muncul parestesi atau kesemutan, kemudian munculdisestesi atau sensasi beda dengan rangsang yang diberikan. Kemudian juga akan muncul rasa numbness atau rasa bebal atau kebas. Bisa juga akan muncul rasa nyeri. Sensitivitas sensoris dan termis juga berkurang  serta terjadi gangguan motorik otot kecil tangan dan kaki. “Ini biasanya akan muncul rasa letih dan lelah,” paparnya.
Diungkapkannya, tanda klinis pertama yang biasanya muncul bersamaan dengan menurunnya kecepatan hantar saraf adalah menurunnya atau hilangnya refleks tumit atau hilangnya sensasi vibrasi pada jari-jari kaki. Bila penyakit berlanjut akan timbul nyeri dengan derajat yang berbeda-beda, gangguan sensorik pada jari-jari kaki, kaki dan tungkai distal, gangguan refleks fisiologis disertai kelemahan otot-otot kecil dari kaki. Diperlukan lima kriteria untuk menetapkandiagnosa polineuropati diabetika. Kriteria pertama adalah pasien menderita diabetes mellitus berdasarkan kriteria National Diabetes Data Group. Kriteria selanjutnya diabetes melllitus telah menyebabkan hiperglikemia khronis untuk waktu yang lama. Kriteria selanjutnya adalah pasien menderita polineuropati yang predominan distal sensorimotorikpada ekstremitas bawah. Selain itu, ada juga kriteria retinopati diabetika atau nefropatihampir sama dengan polineuropati. “Ada beberapa kriteria untuk menentukan diagnosis penyakit ini,” paparnya.
Dia mengungkapkan, neuropati diabetika bisa timbul dalam berbagai bentuk gejala sensorik, motorik dan otonom. Gejala sensorik bisa merupakan gejala negatif atau positif, difus atau lokal. Gejala sensorik yang negatifadalah rasa tebal, tak merasa, gangguan berupa sarung tangan atau kaus kaki, seperti berjalan di atas tongkat jangkungan dan kehilangan keseimbangan terutama bila mata ditutup dan luka-luka yang tidak merasa sakit. Sedangkan gejala sensorik positif adalah rasa seperti terbakar, nyeri yang menusuk, rasa seperti kesetrum, rasa kencang dan hipersensitif terhadap rasa halus. Sementara gejala motorik dapat menyebabkan kelemahan yang distal, proksimal atau fokal. Gejala motorik distal termasuk gangguan koordinasi halus dari otot-otot tangan, tak dapat membuka kaleng atau memutar kunci, memukul-mukul kaki dan lecetnya jari-jari kaki.                 Gejala gangguan proksimal adalah gangguan menaiki tangga, kesukaran bangun dari posisi duduk atau berbaring, jatuh karena lemasnya lutut dan kesukaran mengangkat lengan di atas pundak. Sedangkan gejalaotonom dapat berupa gangguan sudo motorik.
Neuropati didiagnosa berdasarkan gejalanya dan pemeriksaan fisik, di mana harus diperiksa tekanan darah, denyut jantung, kekuatan otot, refleks dan sensivitas terhadap posisi, vibrasi suhu dan raba halus. Juga dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan lain untuk membantu menentukan tipe dan seberapa beratnya kerusakan saraf yang terjadi. Seperti pemeriksaan kaki yang komprehensif. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara memeriksa kulit, sirkulasi dan sensasi dengan menggunakan monofilamen nilon, bila ada gangguan kehilangan sensasi protektif akan ada risiko terjadinya luka pada kaki yang sukar sembuh. “Juga perlu diperiksa refleks dan vibrasi yang lebih sensitif dari rasa raba atau tekan,” jelasnya. Tri Sulistiyani

0 comments :

Posting Komentar